Lupa
merupakan sifat lumrah manusia, wajar jika manusia suka lupa akan sesuatu.
Namun kalau selalu lupa itu lah yang menjadi masalah, bagaimana tidak rata-rata
orang Indonesia sering kali melupakan suatu permasalahan negerinya sendiri yang
sering diberitakan oleh berbagai media. Berita demi berita, begitu banyak
berita yang telah disampaikan oleh media, dari satu kejadian ke kejadian yang
lainnya, baik dari tingkat bawah sampai ke tingkat atas. Kita lihat mulai dari
naiknya harga BBM ( Bahan bakar minyak ), cicak versus buaya, kasus
Susnoduadji, kasus century, gayus tambunan, kasus Antasari Azhar, kasus wisma
atlet, mujianto, dan yang terbaru ini adalah kasus John Kei. Dari berbagai
kasus diatas yang sering diberitakan oleh berbagai media, sebagai sarana
penyampai informasi kepada masyarakat, betapa begitu
lupa nya masyarakat
Indonesia dengan satu kasus diganti dengan kasus yang baru, seperti sejarah
bangsa ini yang sudah terlalu jauh kita lupakan. Kita lihat contoh dari kasus
century yang menjadi sorotan utama waktu itu, tiba-tiba semua hilang setelah
hadirnya kasus gayus tambunan, begitu juga seterusnya. Kita lihat lagi kasus
wisma atlet yang juga tidak kalah menjadi sorotan media, den terutama
menghantam partai demokrat, tetapi sontak teralihkan dengan kasus Jon Kei dan
lain-lain seperti berita penolakan FPI di Kalimantan. Apa sebenarnya yang
membuat kita acap kali lupa dengan kasus yang sebenarnya menjadi penyakit
bangsa Indonesia dan secara tiba-tiba langsung teralihkan sehingga kita terfokus
kepada masalah yang baru. Apakah kita memang suka dan asyik dengan gosip-gosip
nasional yang tidak terselesaikan seutuhnya atau memang kita tidak cerdas dan
selektif dalam mencermati berita yang disampaikan media, entahlah?
Media,
sebagai sarana penyampai informasi kepada khalayak banyak, begitu banyak berita
yang telah disampaikan, dari berita sekolah roboh sampai korupsi yang
bermiliar-miliar, termasuk juga berita century, gayus, malinda dee, wisma
atlet, dll. Apakah media juga lupa dengan berita yang mereka beritakan sendiri,
atau media yang suka memprodusen berita-berita baru yang hangat sehingga
menjadi kesukaan masyarakat untuk mengkonsumsinya dan atau media yang menyukai
berita-berita baru yang bisa kita sebut sebagai pengalihan isu, sehingga kasus
century, wisma atlet, Antasari azhar tidak lagi menjadi sorotan kritis
masyarakat dan media sehingga kasus bangsa ini pun tidak terselesaikan secara
baik dan tuntas. Ibarat mandi, masih banyak kotoran di badan yang belum
dibersihkan.
Penyakit
lupa ala Indonesia, apakah ini kebiasaan kita atau memang ada pihak atau
sekelompok perkumpulan yang sengaja menciptakan berita baru yang akan
diberitakan media dan dikonsumsi masyarakat, agar satu kasus tidak lagi menjadi
sorotan kritis diganti dengan kasus baru. Ya, ini lah negeri kita yang penuh berita ini dan itu, dan sudah
seharusnyalah kita sebagai putra-putri pertiwi menjaga dan melindungi negeri
ini bukan mengorek-ngorek sesuatu untuk kepentingan pribadi, pikirkanlah nasib
orang lain akibat tangan-tangan jahat kita. Indonesia adalah bangsa kita, yang dulu
dengan darah para pendahulu kita dibayarnya, sungguh malu rasanya dengan
keadaan bangsa saat ini jikat kita bertemu dengan mereka. Semoga Indonesia
benar-benar menjadi Indonesia Raya seutuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar